Baca Juga
BIMA- PT. Charoen pokphand Indonesia Tbk ( CPI) kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Kembali beraktivitas usai di tutup usia lebaran Idulfitri 1445 Hijriah kemarin. Hingga sa'at ini masa panen raya Komoditi jagung penjualan di petani semakin meningkat.
Hal tersebut di sampaikan Humas resousresource Development/ personalia General Affair HRDHRD-PGA PT. CPI Tbk Muhammad Solihin saat di temui media selasa,16/042024.
Ditengah anjloknya harga jagung saat ini, banyak pihak yang mengira ada mafia dibalik itu semua.
Jeritan petani bahkan tak ada yang mendengarnya. Hal demikianlah yang membuat petani jagung murka hingga kerap berujung aksi blokade jalan di berbagai tempat.
Aksi blokade jalan disaat keterpurukan melanda kaum petani, tak lain menuntut Pemerintah menaikan kembali harga komoditi jagung dan bahkan meminta pemerintah agar tidak melindungi para mafia.
Ada banyak hal yang belum diketahui para petani, terutama branding harga jagung batas atas berdasarkan harga update. Indikasi kuat dugaan, harga jagung teratas tidak pernah diekspos di kalangan petani jagung.
Hal inilah yang membuat keuntungan para mafia jagung, untuk meraih keuntungan besar dari kalangan petani jagung disaat mereka minim pengetahuan tentang harga jagung.
Salah satu dugaan mafia yang berbisnis mencari untung tak lain yaitu oknum pengepul atau tengkulak.
"Oknum pengepul dan tengkulak salah faktor yang memainkan harga jagung. Brending yang dimainkan tak lain dengan harga terbawah, sedangkan harga tertinggi adalah Rp 4.400 rupiah perkilogram dengan (KA) kadar air 15 porsen" kata salah seorang sumber saat diwawancarai Selasa (17/4/2024).
Menurutnya, jika berdasarkan harga terupdate, selisih harga batas bawah dan batas atas lumayan jauh. Jika selisih batas atas diterapkan pada petani, mungkin tidak terlalu merugikan para petani jagung.
"Namun semua harga jagung tentu berdasarkan kadar air. Jika saja petani langsung menjual hasil jagungnya di pabrik atau membawa langsungnya ke gudang, mungkin tak serendah yang diambil oleh para mafia yang bekerja di lapangan," jelasnya. Masih di katakanya" petani bisa menghindari sistim vendor atau palele dengan cara membawa langsung buku rekening KTP dan NPWP nya jelas nya.(Anhar Amanan)
0 Komentar